Pandemi COVID-19 membawa dampak luar biasa pada sistem kesehatan dan sistem ekonomi dunia. Penurunan kinerja industri fesyen dirasakan di seluruh dunia. Tingkat penjualan industri fesyen anjlog sekitar 70%, bahkan sesudah pandemic diumumkan oleh WHO pada Maret 2020.
Di Bangladesh, 2 juta pekerja garmen di-PHK karena adanya pembatalan order. Padahal, garmen merupakan 80% dari pendapatan ekspor negeri tersebut.
Di Indonesia, meski sempat tertolong oleh produksi masker dan APD, namun sekitar 50% dari industri fesyen kolaps. Order ekspor dibatalkan, pasar yang sepi karena ditutupnya mal dan tempat perbelanjaan, menurunnya daya beli masyarakat, dan langkanya bahan baku menyebabkan 80% pekerja industri fesyen dirumahkan.
The United Nations Environment Programme (UNEP), salah satu Lembaga di Persatuan Bangsa Bangsa yang mengurusi isu lingkungan memberikan anjuran agar industri fesyen memetakan dan kembali jejak dan rantai nilai serat dan kain yang bekelanjutan. Apalagi perkembangan ‘Fast fashion’ dicatat sebagai polutan kedua terbesar di dunia dan penyumbang 10% karbon dunia, dan bila tidak dikendalikan akan meningkatkan
sumbangnnya menjadi 20% di tahun 2050. Industri tekstil dicatat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan melepas bahan kimia yang memperburuk kondisi tanah dan air. Tak heran bila Industri fesyen global yang bernilai sekitar 2,5 triliun US$ per tahun dituntut untuk lebih cerdas dan berkelanjutan.
EMPU adalah jejaring penggiat kain dan serat pewarna alam yang berkomitmen untuk mendorong Fesyen Berkelanjutan dan Beretika. Upaya yang dilakukan adalah membangun pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sistem fesyen, baik dari sisi produsen dan konsumen, agar fesyen tidak membawa dampak negatif pada perusakan lingkungan dan tidak menimbulkan ketidakadilan sosial. Untuk itu upaya untuk menggunakan kain dan serat serta pewarnaan alam dan memastikan proses yang berkeadilan bagi pihak yang terlibat dalam sistem di sektor fesyen menjadi hal yang penting.
EMPU juga terus mendorong saling membagi pengetahuan, mengadvokasi pendanaan yang berkelanjutan, mendorong peningkatan kapasitas, dan berkontribusi pada upaya pengembangan pembangunan berkelanjutan, melalui pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan kelompok rentan, khususnya perempuan dan artisan serta petani kecil.
Setelah menggelar Festival EMPU di bulan Januari 2020, yang disertai dengan Peragaan Busana di KA Argo Muria serta di Tambak Lorok Semarang, Komunitas EMPU melakukan beberapa intervensi di masa pandemic. Gerakan #masker-untuk-semua, donasi APD kepada Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah di wilayah pinggiran Indonesia, membagi benih tanaman warisan melalui Pamong Benih, dan mendukung komunitas Ibu Jamu Gendong di 7 wilayah Indonesia adalah beberapa di antaranya.
Untuk lebih membangkitkan gairah berkarya, EMPU menyelenggarakan Peragaan Busana dan Bazzar EMPU online pada tanggal 29 Juli 2020 yang diikuti 26 ‘brand’, wirausaha sosial, kelompok dan artisan serat, kain dan fesyen serta assecories berkelanjutan. Keindahan budaya serta warna alam ada dalam koleksi peserta dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Lombok/NTB, Kalimantan Timur, Sumba, dan Sulawesi Tengah.
Semoga acara ini bermanfaat bagi kita semua, dan membawa dampak pada kesejahteraan pada pengrajin dan penenun. Jayalah karya fesyen yang berbudaya dan berkelanjutan.
PANITIA PERAGAAN BUSANA DAN BAZAR DAN KOORDINATOR EMPU,
Leya Cattleya
Preview Peserta Peragaan Busana & Bazar EMPU
Download Katalog lengkap Peragaan Busana & BAZAR EMPU
Comments