top of page

EMPU : Mencegah Perubahan Iklim Melalui Fesyen Berkelanjutan

Kita selalu terhenyak ketika berita banjir bandang dan kebakaran hutan terjadi. Namun, kita tidak mencoba memahami apa yang terjadi saat ini.


Atasan Jumputan karya Gracia Calista dengan bawahan tenun dari Lombok karya Nine Penenun pada peragaan busana di atas kapal, Tambak Lorok, Semarang.

Konfrensi PBB tentang Perubahan Iklim yang diadakan di Paris pada 2015, membuka mata dunia tentang betapa dunia fesyen menjadi polutan terganas sesudah minyak dan dampaknya pada lingkungan. Diperlukan sekitar 2.700 liter air untuk menghasilkan sepotong kaos oblong. Ini konsisten dengan riset yang dibuat oleh Rita Kant dan diterbitkan oleh Journal of Natural Science pada 2012 yang menunjukkan bahwa

industri fesyen menduduki ranking tertinggi (sesudah irigasi pertanian) yang menjadi penyebab pertama polusi air bersih.

Semuanya ini bukan hanya mempengaruhi proses pemanasan global dan perubahan iklim tetapi juga perusakan lingkungan yang cepat.


Lalu bagaimana dengan realitas bahwa fesyen adalah satu dari 16 sektor di industri kreatif yang didorong kemajuannya di Indonesia? Apalagi pada perayaan hari hari istimewa, seperti lebaran, Natal, Tahun Baru, termasuk Tahun Baru Imlek, tentu fesyen, khususnya ‘fast Fashion’ menjadi bagian dari belanja masyarakat yang cukup tinggi. Padahal kita tahu, melalui ‘fast fashion; itulah, produk fesyen didorong secara cepat berganti dan memenuhi ruang belanja dan juga lemari pakaian kita. Ini tentu berdampak sangat luar biasa pada perubahan iklim yang menggangu siklus tanam petani dan juga nelayan laut, serta pendapatan mereka.


Untuk itulah, Collabox Creative Hub Semarang, bekerja sama dengan Empu suatu

Zubaidah Djohar, Desainer Empu Jalin Karsa mengenakan tenun Sekar Kawung yang ia desain menjadi Cheongsam.

jejaring penggiat kain dan serat pewarna alam yang digagas Leya Cattleya bersama Sekar Kawung, Empu Jalin Karsa Mutiara, Nine Penenun, Gema Alam NTB, Lusy Tjan, Kana Sibori, Bangsa, Batik Zie, Jamtra Cassava Silk, Arana ASSPUK, dan Hijrah Creative the Soeratman Foundation, dan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) berkomitmen untuk mendorong Fesyen Berkelanjutan dan Beretika. Berkolaborasi dengan , acara peragaan busana bertema ‘Fesyen Berkelanjutan : Cheongsam Tenun dan Serat Pewarna Alam Menyambut Imlek 2020’. Peragaan Busana dengan tema ini serta diadakan di pantai merupakan hal pertama yang diselenggarakan di Indonesia. Ini dilakukan dengan niatan agar baik pemerintah serta para pihak memberikan perhatian serius pada relevansi fesyen dan perubahan iklim.


Koleksi baru Chengsam yang diperagakan oleh penggiat dan pecinta tenun dan serat pewarna alam serta para relawan di wilayah nelayan di Tambak Lorok, Semarang ini membawa beberapa tujuan dan pesan. Pertama, sebagai gerakan untuk menyuarakan relevansi Fesyen Berkelanjutan dalam rangka mencegah lebih jauh pemasan global dan perubahan iklim. Kedua, sebagai bagian dari upaya membangun pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sistem fesyen, baik dari sisi produsen dan konsumen yang bijaksana, agar fesyen tidak membawa dampak negatif pada perusakan lingkungan dan tidak menimbulkan ketidakadilan sosial. Ketiga, untuk menghargai para penggiat tenun dan serat pewarna alam dan memastikan agar pencptaan dan perdagangan karya tenun dan serat pewarna alam, dari akar ke pasar adalah berkeadilan bagi semua pihak yang terlibat.


Kain tenun dari Nine Penenun, Lombok di desain oleh Zubaidah Djohar yang di pamerkan di Tambak Lorok, Semarang

Peragaan Busana ini dimungkinkan karena dilakukan melalui gotong royong para pihak, meski dipersiapkan dalam waktu kurang dari seminggu. Peragaan busana kali ini diikuti oleh Sekar Kawung dengan tenun Sumba Timur, Tuban dan Badui; Empu Jalin Karsa degan desain menggunakan tenun dari Sumba Timur, Lombok Timur, Tuban, batik Semarang dan kain Indigo Temanggung; Nine Penenun dengan tenun Pringgasela Selatan, Lombok Timur; Lusy Tjan dengan batik indigo; Mutiara Bangsa, Semarang; Batik Zie, Semarang; Jamtra Cassava Silk, Prambanan ; dan Gracia Calista, Semarang.



Selamat merayakan Tahun Baru Imlek 2020. Semoga tahun ini menjadi tahun yang membawa berkah dan keselamatan serta menjadikan bumi dan air kita lebih baik bagi kehidupan petanidan nelayan, penenun, serta penghuni bumi dan kita semua.


Leya Cattleya Soeratman, Koordinator Jejaring EMPU/the Soeratman Foundation.

60 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page